KESENIAN DAERAH TULUNGAGUNG


Reog Kendang, Keunikan Tulungagung

Kesenian reog kendang sampai sekarang berkembang di hampir setiap desa di Tulungagung. Apalagi, pemerintah kabupaten setempat menjadikan reog kendang sebagai ikon sekaligus kebanggaan Tulungagung. Reog kendang menghasilkan irama tetabuhan perkusi gembluk (kendang) yang bertalu-talu dan terkadang diselingi suara sompret (terompet). Reog semakin atraktif ditingkahi tari-tarian.
Tarian itu dimainkan 6, 12, atau 18 orang. Tari reog kendang terkesan sederhana dan tidak rumit, tetapi tetap menebarkan nuansa keindahan sekaligus estetika koreografi yang khas kesenian tradisi dan etnik sebagaimana tarian khas suku Dayak di Kalimantan.
"Sekarang terdapat tidak kurang 300 kelompok kesenian reog kendang. Setiap kelompok beranggotakan lebih kurang 45 orang," kata Pembina Komunitas Reog Kendang Batara Agung Saguru Tulungagung Didik Handoko, beberapa waktu silam.
Ia menambahkan, komunitas Batara Agung Saguru adalah wadah seniman tari reog dan jaranan se-Kabupaten Tulungagung. Mereka tampil di sejumlah negara. Pada Oktober nanti komunitas ini tampil dalam perhelatan seni budaya "Cross Culture" di Surabaya. Legenda
Sejarah reog kendang khas daerah penghasil marmer ini tidak lepas dari legenda yang mengisahkan kehendak Raja Bugis untuk memboyong putri cantik dari Kediri. Sang putri cantik itu tidak lain adalah kedi (banci/waria).
Sang putri pun memberikan syarat-syarat yang harus dipenuhi jika utusan Raja Bugis itu hendak memboyong dirinya ke kerajaan. Syarat- syarat itu antara lain berupa mata ayam tukung, dendeng tengu, madu lanceng, dan seruling batang padi.
"Dari syarat-syarat yang diminta sang puri, terciptalah gembluk (kendang), sompret, gongseng, iker-iker, kenong, dan gong yang menjadi kesenian tradisi reog kendang," kata sesepuh seniman reog kendang, Suryamiadi.
Alkisah, setelah semua persyaratan yang diminta sang putri terpenuhi, prajurit asal kerajaan Bugis menyerahkannya dengan tata laku gerak yang akhirnya terciptalah gerak mentokan, gerak tekesan, gerak liling-lilingan, joget tole-tolean, joget nguak sumur, dan gerak kejang.
Suryamiadi mengungkapkan, kesenian reog kendang dalam perkembangannya sering kali mengusung tembang-tembang khas Tulungagung, seperti tembang "Kuto Rowo/Kota Tulungagung", "Waduk Wonorejo", "Tulungagung Berseri", dan "Turi-Turi Putih". "Biasanya tembang yang kami bawakan adalah "Kuto Rowo", yang mengisahkan kota Tulungagung yang berasal dari rawa-rawa," katanya.


0 komentar: